Botani, Manfaat, dan Kandungan Kawista
Kawista adalah tumbuhan yang termasuk suku jeruk yang berasal dari India, Sri Langka, Myanmar, dan Indo-Cina yang kemudian banyak dibudidayakan di Indonesia, terutama di Jawa dan Bali.
Nama Lokal
Inggris: Wood apple, elephant apple
Jawa: Kawista, Kinco
Bali: Kusta
Manfaat
Daging buah yang sudah masak biasanya dicampur dengan gula kemudian dimakan seperti serbat beserta bijinya. Beberapa komoditi buah kawista diolah menjadi sirup. Kawista juga dapat digunakan untuk krim yang berasal hasil olahan daging buahnya.
Buah kawista yang sudah masak dapat dimanfaatkan sebagai obat antara lain sebagai penurun deman, bersifat tonikum, serta dapat dimanfaatkan sebagai obat sakit perut. Duri dan kulit batang kawista dijumpai dalam berbagai ramuan obat tradisional di kawasan Indo-Cina untuk obat haid yang berlebihan, gangguan liver, gigitan dan sengatan binatang, dan untuk obat mual.
Kayu kawista dapat dipakai untuk bahan bangunan rumah, tiang serta perabotan pertanian. Getah pohon kawista yang berasal dari kulit kayu juga memiliki manfaat sebagai obat.
Kandungan
Komposisi daging buah kawista sekitar sepertiga dari keseluruhan buah. Pada buah segar mengandung pektin 3-5%. Tiap 100 g daging buah kawista memiliki kandungan: 74 g air, 8 g protein, 1,5 g lemak, serta 7,5 g karbohidrat. Tiap 100 g biji yang dapat dimakan memiliki kandungan: 4 g air, 26 g protein, 27 g lemak, dan 35 g karbohidrat. Daging buah kawista kering memiliki kandungan 15% asam sitrat dan sejumlah kecil asam, kalium, kalsium, dan zat besi. Kayu kawista memiliki warna putih kekuningan, keras, agak berat, serta memiliki serat kasar, namun urat kayunya rapat dan dapat dipoles hingga mengkilap.
Botani
Habitus kawista berupa pohon kecil dan daun-daunnya dapat meluruh, tingginya dapat mencapai 12 meter, memiliki cabang banyak dan berbentuk ramping-ramping, terdapat duri tajam dan lurus yang panjangnya hingga 4 cm. Daun kawista majemuk dengan ukuran panjang sampai 12 cm, bersirip ganjil dengan rakhis dan tangkainya yang bersayap sempit; anak daun saling berhadapan, 2-3 pasang anak daun ujung memiliki bentuk bulat telur sungsang, panjangnya sampai 4 cm, terdapat kelenjar minyak dan jika daun diremas akan keluar sedikit aroma. Bunga jantan dan bunga sempurnanya berbilangan lima, memiliki warna putih, hijau atau jingga kemerahan, pada umumnya bergerombol dalam perbungaan yang kendur yang tereletak di ujung ranting atau di ketiak daun. Tipe buah adalah buni, dengan kulit keras, dan memiliki diameter hingga 10 cm; permukaan kulit buah bersisik, terlepas-lepas, dengan warna keputih-putihan; daging buahnya yang harum itu memiliki banyak biji yang berlendir. Bijinya berukuran panjang 5-6 mm dan berbulu, berkeping biji tebal dan berwarna hijau; perkecambahannya epigeal. Batang anakannya ramping, sedikit zig-zag; 1-4 lembar daun pertama berbentuk daun tunggal Pohon kawista memperlihatkan pola perkembangan yang sederhana, yaitu berdaun, berbunga, dan berbuah dalam tahun yang sama. Di kawasan Asia Tenggara, daun tanaman kawista umumnya gugur pada bulan Januari, kemudian pembungaan diawali pada bulan Februari atau Maret, kemudian berbuah matang pada bulan Oktober atau November. Pohon tumbuh agak lambat dan tidak akan menghasilkan buah pada saat berumur 15 tahun atau lebih.
Ekologi
Pohon kawista dapat hidup di iklim tropik muson atau pada kondisi yang sewaktu-waktu kering. Tanaman ini dapat tumbuh sampai di ketinggian 450 mdpl.
KlasfikasiNama Lokal
Inggris: Wood apple, elephant apple
Jawa: Kawista, Kinco
Bali: Kusta
Manfaat
Daging buah yang sudah masak biasanya dicampur dengan gula kemudian dimakan seperti serbat beserta bijinya. Beberapa komoditi buah kawista diolah menjadi sirup. Kawista juga dapat digunakan untuk krim yang berasal hasil olahan daging buahnya.
Buah kawista yang sudah masak dapat dimanfaatkan sebagai obat antara lain sebagai penurun deman, bersifat tonikum, serta dapat dimanfaatkan sebagai obat sakit perut. Duri dan kulit batang kawista dijumpai dalam berbagai ramuan obat tradisional di kawasan Indo-Cina untuk obat haid yang berlebihan, gangguan liver, gigitan dan sengatan binatang, dan untuk obat mual.
Kayu kawista dapat dipakai untuk bahan bangunan rumah, tiang serta perabotan pertanian. Getah pohon kawista yang berasal dari kulit kayu juga memiliki manfaat sebagai obat.
Kandungan
Komposisi daging buah kawista sekitar sepertiga dari keseluruhan buah. Pada buah segar mengandung pektin 3-5%. Tiap 100 g daging buah kawista memiliki kandungan: 74 g air, 8 g protein, 1,5 g lemak, serta 7,5 g karbohidrat. Tiap 100 g biji yang dapat dimakan memiliki kandungan: 4 g air, 26 g protein, 27 g lemak, dan 35 g karbohidrat. Daging buah kawista kering memiliki kandungan 15% asam sitrat dan sejumlah kecil asam, kalium, kalsium, dan zat besi. Kayu kawista memiliki warna putih kekuningan, keras, agak berat, serta memiliki serat kasar, namun urat kayunya rapat dan dapat dipoles hingga mengkilap.
Botani
Habitus kawista berupa pohon kecil dan daun-daunnya dapat meluruh, tingginya dapat mencapai 12 meter, memiliki cabang banyak dan berbentuk ramping-ramping, terdapat duri tajam dan lurus yang panjangnya hingga 4 cm. Daun kawista majemuk dengan ukuran panjang sampai 12 cm, bersirip ganjil dengan rakhis dan tangkainya yang bersayap sempit; anak daun saling berhadapan, 2-3 pasang anak daun ujung memiliki bentuk bulat telur sungsang, panjangnya sampai 4 cm, terdapat kelenjar minyak dan jika daun diremas akan keluar sedikit aroma. Bunga jantan dan bunga sempurnanya berbilangan lima, memiliki warna putih, hijau atau jingga kemerahan, pada umumnya bergerombol dalam perbungaan yang kendur yang tereletak di ujung ranting atau di ketiak daun. Tipe buah adalah buni, dengan kulit keras, dan memiliki diameter hingga 10 cm; permukaan kulit buah bersisik, terlepas-lepas, dengan warna keputih-putihan; daging buahnya yang harum itu memiliki banyak biji yang berlendir. Bijinya berukuran panjang 5-6 mm dan berbulu, berkeping biji tebal dan berwarna hijau; perkecambahannya epigeal. Batang anakannya ramping, sedikit zig-zag; 1-4 lembar daun pertama berbentuk daun tunggal Pohon kawista memperlihatkan pola perkembangan yang sederhana, yaitu berdaun, berbunga, dan berbuah dalam tahun yang sama. Di kawasan Asia Tenggara, daun tanaman kawista umumnya gugur pada bulan Januari, kemudian pembungaan diawali pada bulan Februari atau Maret, kemudian berbuah matang pada bulan Oktober atau November. Pohon tumbuh agak lambat dan tidak akan menghasilkan buah pada saat berumur 15 tahun atau lebih.
Ekologi
Pohon kawista dapat hidup di iklim tropik muson atau pada kondisi yang sewaktu-waktu kering. Tanaman ini dapat tumbuh sampai di ketinggian 450 mdpl.
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Sapindales
Famili: Rutaceae
Genus: Limonia
Spesies: Limonia acidissima
Referensi: PROSEA. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara: Buah-buahan yang dapat dimakan. Sumber https://www.generasibiologi.com/
DONASI VIA PAYPAL
Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi akan digunakan untuk memperpanjang domain https://gurupencarinapka.blogspot.com/. Terima kasih.
Newer Posts
Newer Posts
Older Posts
Older Posts
Comments